Rabu, 10 Agustus 2016

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual / contextual teaching and learning (CTL))




Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
1.   Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL) Adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika Ia belajar (Nurhadi, 2002).
Prinsip pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL) Ialah membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu konteks ke konteks lainnya, CTL juga mendorong siswa 1) bekerja sama dalam menkonstruksikan pengetahuan, siswa merasa belajar lebih menyenangkan, 2) telibat aktif, 3) memanfaatkan berbagai sumber, 4) belajar terintegrasi.
Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
a.       Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan siswa yang merupakan gabungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar,materi pokok dan pencapaian hasil belajar.
b.       Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
c.       Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
d.       Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
e.       Nyatakan authentic assesmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran

2.   Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
Blanchard (Depdiknas, 2004: 30), model pembelajaran kontekstual terdapat lima tahap penting yang perlu diikuti guru. Lima tahap tersebut adalah sebagai berikut.
                         Table 1.1. Sintaks Pembelajaran Konteksual
No
Uraian Kegiatan Pembelajaran
Komponen CTL
1
2
Orientasi siswa pada masalah
Memotivasi siswa ( Memfokuskan perhatian siswa )
Masyarakat Belajar
3

4
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan logistic yang akan digunakan
Menyampaikan masalah yang dipilih
Kontruktivisme
5
6
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
Masyarakat belajar
7
Guru membagi LKS yang berisi masalah yang akan dibahas secara kelompok
Inkuiri
8

9

10
Guru memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah
Membimbing penyelidikan kelompok
Guru mendorong siswa dalam melakukan penyelidikan kelompok
Masyarakat Belajar



11
Guru senantiasa mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang kelayakan masalah atau untuk menggali apa yang dipikirkan siswa
Bertanya
12
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pemodelan
13

14

15


Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan bahan presentasi di depan kelas
Guru meminta kelompok untuk menyajikan hasil karya kelompoknya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Penilaian autentik






16
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri
Refleksi

3.   Komponen Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang mendasarinya yakni kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2009:111-119).
1.    Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam proses pembelajaran di kelas guru, perlu mengembangkan proses “mengkonstruksi” pengetahuan bukan sekedar menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses pembelajaran dengan cara: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Esensi dari asas kontruktivisme adalah siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata.
2.    Menemukan (Inqury)
Menemukan merupakan bagian inti dari pelaksanan prses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan yang di peroleh siswa diharapkan bukan hasil menggingat seperangkat fakta-fakta saja tetapi merupakan hasil dari proses menemukan sendiri. Guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mengarah pada proses menemukan.
3.      Bertanya (Questioning)
Pendekatan kontekstual pada dasarnya dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Pertanyaan yang disampaikan oleh guru dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis, memberi dorongan, membimbing, serta menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekplor kemampuan dan rasa ingin tahu siswa. Aktivitas bertanya juga dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi belajar dalam kelompok.
4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam proses pembelajaran di kelas, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok-kelompok belajar. Siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang anggtanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajar siswa maupun minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi, kerja sama, dan saling berbagi antar teman dan kelompok, antar kelompok dengan kelompok lain, mengemukakan gagasan yang dapat diterima serta menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
5.    Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada pendekatan kontekstual mengandung makna bahwa proses pembelajaran dapat diterapkan dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru dan di amati oleh setiap siswa.
6.    Refleksi (Refection)
Pada bagian akhir kegiatan pembelajaran guru menyisahkan waktu sejenak untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk memgginggat atau merenung kembali apa yang dipelajarinya. Hal ini dapat berupa pernyataan langsung yang disampaikan oleh siswa tentang apa yang dipelajarinya, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran yang dialaminya.
7.    Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian sebenarnya (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa (Sanjaya, 2006: 269). Proses pengumpulan informasi atau data memberikan gambaran kepada guru terhadap perkembangan pengalaman belajar siswa. Itulah sebabnya ini penting dilakukan oleh guru untuk mengetahui dan memastikan benar tidaknya proses belajar siswa.

4.   Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual

a.   Kelebihan
Nadhirin (2013:4) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan dari pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.
1.     Pembelajaran jadi bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan befungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertananam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2.     Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pendekatan kontekstual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
3.     Pendekatan kontekstual lebih menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
4.     Kegiatan pembelajarn di kelas bukan saja sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan siswa.
5.     Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.

b.   Kelemahan
Menurut Nadhirin (2013: 5) terdapat beberapa kelemahan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.
1.   Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instrutur atau “penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.   Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar mengunakan cara mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Semoga bermanfaat guys,, ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar