Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
1.
Pengertian Model Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL) Adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan
ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan baru ketika Ia belajar (Nurhadi, 2002).
Prinsip pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching And Learning (CTL) Ialah membekali siswa dengan
pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu konteks ke konteks
lainnya, CTL juga mendorong siswa 1) bekerja sama dalam menkonstruksikan
pengetahuan, siswa merasa belajar lebih menyenangkan, 2) telibat aktif, 3)
memanfaatkan berbagai sumber, 4) belajar terintegrasi.
Dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah
sebagai berikut:
a.
Nyatakan
kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan siswa yang merupakan
gabungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar,materi pokok dan
pencapaian hasil belajar.
b.
Nyatakan
tujuan umum pembelajarannya.
c.
Rincilah
media untuk mendukung kegiatan itu.
d.
Buatlah
skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
e.
Nyatakan
authentic assesmentnya, yaitu dengan
data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran
2. Sintaks
Model Pembelajaran Kontekstual
Blanchard (Depdiknas, 2004: 30), model
pembelajaran kontekstual terdapat lima tahap penting yang perlu diikuti guru.
Lima tahap tersebut adalah sebagai berikut.
Table 1.1. Sintaks Pembelajaran Konteksual
No
|
Uraian
Kegiatan Pembelajaran
|
Komponen
CTL
|
1
2
|
Orientasi siswa pada masalah
Memotivasi siswa ( Memfokuskan
perhatian siswa )
|
Masyarakat Belajar
|
3
4
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan logistic yang akan
digunakan
Menyampaikan masalah yang dipilih
|
Kontruktivisme
|
5
6
|
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
orang
|
Masyarakat belajar
|
7
|
Guru membagi LKS yang berisi masalah yang akan dibahas
secara kelompok
|
Inkuiri
|
8
9
10
|
Guru memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah
Membimbing penyelidikan kelompok
Guru mendorong siswa dalam melakukan penyelidikan kelompok
|
Masyarakat Belajar
|
11
|
Guru senantiasa mengajukan pertanyaan yang membuat siswa
berpikir tentang kelayakan masalah atau untuk menggali apa yang dipikirkan
siswa
|
Bertanya
|
12
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Pemodelan
|
13
14
15
|
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan bahan
presentasi di depan kelas
Guru meminta kelompok untuk menyajikan hasil karya
kelompoknya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Penilaian autentik
|
16
|
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikir mereka sendiri
|
Refleksi
|
3.
Komponen Pendekatan Kontekstual Dalam
Pembelajaran
Pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang mendasarinya
yakni kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian sebenarnya (Trianto, 2009:111-119).
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun
atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Dalam proses pembelajaran di kelas guru, perlu mengembangkan proses
“mengkonstruksi” pengetahuan bukan sekedar menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses pembelajaran
dengan cara: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2)
member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
(3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Esensi dari asas kontruktivisme adalah siswa didorong untuk mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata.
2. Menemukan (Inqury)
Menemukan merupakan bagian inti dari
pelaksanan prses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan yang di peroleh siswa diharapkan bukan hasil menggingat seperangkat
fakta-fakta saja tetapi merupakan hasil dari proses menemukan sendiri. Guru
harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mengarah pada proses
menemukan.
3.
Bertanya
(Questioning)
Pendekatan kontekstual pada dasarnya
dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Pertanyaan yang disampaikan oleh guru
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara
kritis, memberi dorongan, membimbing, serta menilai kemampuan berpikir siswa.
Sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengekplor kemampuan dan rasa ingin tahu siswa. Aktivitas bertanya juga dapat
ditemukan ketika siswa berdiskusi belajar dalam kelompok.
4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Dalam proses pembelajaran di kelas,
penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok-kelompok belajar. Siswa dikelompokkan dalam
kelompok belajar yang anggtanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan
dan kecepatan belajar siswa maupun minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.
Sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi, kerja sama, dan saling
berbagi antar teman dan kelompok, antar kelompok dengan kelompok lain,
mengemukakan gagasan yang dapat diterima serta menumbuhkan sikap saling
menghargai pendapat orang lain.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada pendekatan kontekstual
mengandung makna bahwa proses pembelajaran dapat diterapkan dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru dan di amati oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Refection)
Pada bagian akhir kegiatan pembelajaran
guru menyisahkan waktu sejenak untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memgginggat atau merenung kembali apa yang dipelajarinya. Hal ini dapat berupa
pernyataan langsung yang disampaikan oleh siswa tentang apa yang dipelajarinya,
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran yang dialaminya.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic
Assessment)
Penilaian sebenarnya (authentic assessment) adalah proses
yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar
yang dilakukan oleh siswa (Sanjaya, 2006: 269). Proses pengumpulan informasi
atau data memberikan gambaran kepada guru terhadap perkembangan pengalaman
belajar siswa. Itulah sebabnya ini penting dilakukan oleh guru untuk mengetahui
dan memastikan benar tidaknya proses belajar siswa.
4.
Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kontekstual
a.
Kelebihan
Nadhirin (2013:4) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan
dari pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
jadi bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan befungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertananam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
mudah dilupakan.
2.
Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
pendekatan kontekstual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa
dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
kontruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
3.
Pendekatan
kontekstual lebih menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
maupun mental.
4.
Kegiatan
pembelajarn di kelas bukan saja sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan
siswa.
5.
Penerapan
pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.
b.
Kelemahan
Menurut Nadhirin (2013: 5) terdapat
beberapa kelemahan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut.
1.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instrutur atau “penguasa” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar mengunakan cara mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Semoga
bermanfaat guys,, ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar