Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian
Model Penbelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
rangkaian antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran menjadi satu yang utuh (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega,
1990).
Gunter et al (1990: 67)
mendefinisikan an instructional model is
a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce
& Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian,
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit
dibedakan dengan strategi pembelajaran.
2. Tujuan
Model Pembelajaran
Selain memperhatikan rasional
teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki
lima unsur dasar Joyce & Weil (1980), yaitu:
a.
Syntax,
yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran.
b.
Social
system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.
c.
Principles
of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan,
dan merespon siswa.
d.
Support
system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran.
e.
Instructional
dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan
yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar
(nurturant effects).
3. Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif
Berkenaan dengan model pembelajaran,
Bruce Joyce dan Marsha Weil ( Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990 )
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja / belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok ( Johnson & Johnson, 1993 ),
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif adalah
salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran ( student oriented ). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang
saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan
potensi siswa secara maksimal.
Sistem pembelajaran koooperatif
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi
belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena
dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok
(Sugandi, 2002: 14). Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi
yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan
belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam
kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima
unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu:
1)
Saling
ketergantungan positif.
2)
Tanggung
jawab perorangan.
3)
Tatap
muka.
4)
Komunikasi
antar anggota.
5)
Evaluasi
proses kelompok.
4. Prinsip
Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson ,
prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a)
Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b)
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c)
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
d)
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e)
Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f)
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Adapun karakteristik model
pembelajaran kooperatif adalah:
- Siswa dalam kelompok secara
kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai.
- Kelompok dibentuk dari beberapa
siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
- Penghargaan lebih menekankan pada
kelompok daripada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif
dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan,
saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah
model pembelajaran kooperatif:
a. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa.
b. Menyajikan
informasi.
c. Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membimbing
kelompok belajar.
e. Evaluasi
dan pemberian umpan balik.
f. Memberikan
penghargaan.
5. Keuntungan
Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif akan
dapat memberikan nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua
bidang studi atau mata pelajaran. Karena pembelajaran kooperatif dan beberapa
hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah
memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak
tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi
edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran
kooperatif sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat
jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa
akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan
masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya
kepada siswa lain.
Berikut ini adalah beberapa
keuntungan yang diperoleh baik oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran, menggunakan model pembelajaran kooperatif
antara lain :
a)
Dapat
menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran.
b)
Membantu
guna dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan
alternatif pemecahannya.
c)
Penggunaanya
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang efektif untuk mengembangkan
program pembelajaran terpadu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif.
d)
Mampu
mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalan sosial
yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
e)
Mampu
melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani
dikritik, mampu menghargai pendapat orang lain.
f)
Dari
beberapa keuntungan dari model pembelajaran kooperatif di atas, maka jelaslah
bagi kita bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran salah
satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan
strategi dan model pembelajaran yang digunakannya.
6. Tipe-tipe Pebelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif ada
beberapa tipe, antara lain:
A.
Tipe
STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) adalah pembelajaran kooperatif di mana
siswa belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan
materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan
diskusi.
B.
Tipe
Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil
siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw
ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal
dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang
setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok
asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
C.
Investigasi
Kelompok
Investigasi kelompok merupakan
pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan,
di mana siswa terlibat dalam perencanaan pemilihan topik yang dipelajari dan
melakukan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, selanjutnya
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
D.
Tipe
Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif, model Think Pair Share dapat juga disebut
sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Dalam model ini, guru meminta siswa
untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan
mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam
pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
1.Thinking (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu
yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta unuk memikirkan
jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2.Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan
siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban
atau hasil pemikiran mereka dengan mendefenisikan jawaban yang dianggap paling
benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru member waktu 4-5
menit untuk berpasangan.
3.Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada
pasangan untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh
kelas dapat dilakukan secara efektif dengan menunjuk pasangan yang secara
sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran dari
pasangan yang satu ke pasangan yang lain sehingga separuh dari pasangan-pasangan
tersebut memperoleh kesempatan untuk melaporkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar