BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk penjelajah. Sejak
bayi dan balita manusia melakukan penjelajah dalam ruang. Dengan kemajuan dan
pemanfaatan IPTEK kita tidak lagi menempu jarak yang fisikal melainkan
multimedia. Disadari atau tidak manusia memperolah pengalaman dan pengetahuan
lebih banyak dikatakan bahwa penjelajah yang dimaksudkan adalah kegiatan yang
terkait dengan proses belajar.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah hakikat belajar ?
2.
Apakah
belajar merupakan modal dasar pemberdayaan diri?
3.
Apakah
bermain sebagai proses kegiatan belajar?
1.3
TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk
mengetahui meteri manusia makhluk pembelajar dan untuk mengeberitahukan kepada
pembaca bagaimana menjadi makhluk pembelajar serta memenuhi salah satu tugas
yang diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Belajar
Bagi makhluk hidup, belajar merupakan
proses kegiatan yang sangat bermakna. Belajar tersebut tidak hanya dialami oleh
manusia melainkan hewan juga mengalaminya. Namun demikian belajar pada hewan
sangat dipengaruhi oleh naluri yang melekat pada mereka, sedangkan pada diri
manusia pengaruh tadi direduksi oleh akal pikiran yang berkembang dan dapat
dikembangkan. Makna belajar pada diri manusia sangat luas sesuai dengan
situasi,kondisi, tentangan dan masalah yang dihadapi.melalui belajar manusia
mengalami kematangan.
Suatu proses
belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Berhasil tidaknya proses
belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi
proses belajar siswa.Faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar
sesungguhnya banyaksekali macamnya, baik yang ada pada diri siswa sebagai
pelajar, pada gurusebagai pengajar, metode mengajar, bahan materi pelajaran harus
diterima siswa, maupun saranan prasarana.
2.2 Belajar
merupakan Modal Dasar Pemberdayaan Diri
Berdasarkan
pandangan proses belajar, proses kematangan tidak akan terjadi tanpa proses
belajar. Oleh karena itu pada akan menelaah belajar sebagai modal dasar sebagai
kematangan. Hal tersebut tentu saja sangat erat kaitannya dengan kajian-kajian
psikologi perkembangan.
Dalam buku 7
kebiasaan manusia yang sangat efektif , manusia berkembang dari tahap
ketergantungan ke tahap kemandirian sampai mencapai tahap saling
ketergantungan. Sejak lahir seorang individu mulai melakukan kegiatan belajar,
prosesnya lebih bersifat spontan,belajar melihat,mengeluarkan suara dan
sebagainya.belajar sebagai suatu proses bagi individu tadi sangat bermakna
untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Setelah lepas dari masa bayi, maka
memasuki masa batita,dan kemudian mengalami masa balita.secara berkesinambungan
dan bertahap belajar yang dilakukan individumakin meningkat.
Melalui pembiasaan,keteladanan sifat serta
kegiatan yang mendasar yang melekat pada individu belajar pembelajaran yang
berkesinambungan.menjadi bagian dari kepribadian individu tersebut.selanjutnya
dalam proses pembelajaran orang tua, guru pada umumnya harus memperhatikan
potensi dasar. Potensi dasar yang melekat pada diri anak meliputi minat dan
perhatian, dorongan ingin tahu, dorongan ingin tahu yang sebenarnya, dorongaan
ingin menemukan sendiri sendiri,dorongan bertualang,dorongan menghadapi
tantangan,dari dorongan semua jiwa tersebut bermuara pada dorongan untuk
menyelediki,meneliti serta mengkaji.
Berkaitan
dengan pembawaan dasar ada yang jenius dan keterbelakangan mental yang secara
khusus harus mendapat perhatian dalam pembelajaran. Bagi anak yang jenius
terjadi loncatan yang harus diperhatikan dan dilayani sehingga tidak menghambat
perkembanganya.
Prisip belajar meliputi tahap-tahap sebagai
berikut :
Ø Dari yang diketahui ke yang belum diketahui
Ø Dari yang mudah ke yang sukar
Ø Dari yang dekat ke yang lebih jauh
Ø Dari yang sederhana ke yang lebih kompleks
Ø Dari yang sempit ke yang lebar
Ø Dari yang kecil ke yang besar dll
Secara umum dan normal, prinsip ini menjadi
pegangan penididk dalam proses pembelajaran. Namun demikian bagi peserta didik
yang tidak normal. Melalui penerapan prisip tersebut diperlakukan sebagai
potensi apa adanya , sehingga mereka menjadi senang belajar sesuai dengan
kemampuannya. Melalui pendekatan,perencanaan, metode dan strategi yang terarah
potensi mereka ditingkatkan sampai batas optimal. Dengan upaya yang demikian
itu, belajar sebagai suatu proses sebagai dasar pemberdayaan tiap individu.
2.3
Bermain Sebagai Proses Kegiatan Belajar
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan,
persepsi orang tua terhadap makna bermain bagi kepentingan perkembangan anak.,
tidak sesuai dengan tuntutan wajar yang harus dipenuhi. Tidak jarang orang tua
yang menganggap bahwa bermain itu hanyalah membuang waktu tidak ada nilainya.
Padahal bila dikaji dari kepentingan anak yang sedang mengembangkan potensi
dasarnya., bermain tersebut merupakan pengalaman dan proses kegiatan belajar
yang mampu membawah mereka kearah kematangan. Individu dalam rentang usia
tertentu sebagian waktunya dimanfaatkan untuk bermain, grafiknya makin
mendekati usia lanjut,proses kegiatan tersebut menjadi berkurang.
Mengenai bermain ini, terutam bagi individu
yang berusia muda harus dipahami oleh orang tua. Sebagai suatu momen yang harus
dipahami oleh mereka dalam kegiatan belajar untuk memperoleh pengalaman hidup
yang berharga pada pembentukan kepribadi. Seto mulyani mengemukakan bahwa
kegiatan apa pun apabila menimbulkan suasana yang menyenangkan dan disukai oleh
anak disebut kegiatan bermain. Kunci utama yang mencirikan suatu kegiatan
bermain bagi si anak, yaitu adanya kesengan dan disukai oleh yang bersangkutan.
Menurut miller , setiap anak memiliki insting untuk bermain yaitu kebutuhan
untuk beraktivitas dalam pola tertentu yang sangat membantu proses pertumbuhan
dan perkembangannya. Dengan demikian dalam kegiatan yang disebut bermain
tedapat unsure-unsur kesenagan dan disukai , pemenuhan kebutuhan naluriah yang
berkaitan dengan pengembangan potensi anak yang bersangkutan. Dalam suasana
bermain si anak memperolah pengalaman baik yang telah berulang-ulang atau yang
baru, yang akan menambah, memperkaya, dan mengembangkan pengetahuan sebagai
hasil belajarnya. Tindakan yang salah dengan memarahi sampai menghukum si anak
dengan alasan yang tertentu dapat menyebebkan jiwanya tertekan,sehingga
membunuh kreativitas, keberanian, dan daya fantasi .
Selanjutnya individu balita bermain dengan
teman-temannya sebaya dapat belajar mengenal diri sendiri, dia dapat mengetahui
apakah dirinya itu baik atu buruk, jujur atau tidak, ramah atau kasar dll.
Dalam buku “the look-glass self” , seorang anak terutama balita yang hanya dikurung
dalam apalagi dalam suasana yang manja, tidak akan mengenal diri sendiri. Oleh
karena itu orang tua harus memberikan keluasan dan mendorong anaknya untuk
bergaul dengan teman-teman sebaya sehingga mampu belajar dari lingkungan social
untuk mengenal dirinya. Taman kanak-kanak merupakan salah satu wadah bagi anak
untuk belajar mengenal diri sendiri.
Dalam suasana bermain anak-anak berlari,
saling mengejar, naik pohon, meloncat pagar dll,merupakan kesempatan bagi si
anak untuk belajar dan melayani perkembangan potensi dirinya.
Berdasarkan begitu bernilainya bermain
sebagai proses kegiatan belajar dalam proses menuju kematangan, Chatrine Garvey
mengetengahkan 5 karakteristik bermain senagai berikut :
1.
Bermain
merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak
melakukan kegiatan yang mengasikan tersendiri dan menyenangkan.
2.
Bermain
didasari motibasi yang muncul dari dalam, si anak melakukan kegiatan tersebut
atas kemauannya sendiri, tanpa perintah dan iming-iming dari pihak lain.
3.
Bermain
sifatnya spontan dan sukarela bukan merupakan suatu kewajiban, si anak merasa
memilih alternative bagi kegiatan bermainnya.
4.
Bermain
selalu melibatkan peran aktif si anak, ank benar aktif dalam kegiatan tersebut
baik secara fisik maupun mental.
5.
Bermain
memiliki hubungan sistematis yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti kreativitas, memecahkan masalah, berbahasa, berteman secara luas dll.
Dengan demikian dari 5 karakter di atas
dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan belajar dalam suasana yang
menyenangkan, spontan,bermotivasi dari dalam dan mengembangkan potensi si anak.
Salah satu hal yang perlu ditonjolkan dari bermain denga teman sebaya yaitu
belajar bergaul. Dengan pergaulan tersebut berkembang kemampuan-kemapuan dasar
kerjasama,membantu orang lain, setia kawan dll. Dalam suasana dan situasi
seperti itu anak belajar bermasyarakat, mengembangkan kemampuan social dalam
menyadari pentingnya orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai
proses dan kegiatan merupakan modal dasar yang menunjukan bahwa manusia sebagai
makhluk hidup ,memiliki sifat yang hakiki berbeda dengan makhluk hidup lainnya.
Belajar menjadi modal dasar memberdayakan dalam memenuhi tuntutan menjadi
manusia yang sesungguhnya. Dari masa ke masa atau sesuai dengan perkembangan
manusia itu sendiri. Mulai dari masa balita dan batita, proses serta kegiatan
belajar merupakan fungsi peletakan dasar perilaku individu yang menjadi bagian
kepribadiannya pada masa yang akan datang. Dengan begitu bermain merupakan
kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan bagi si anak dan sekaligus menjadi
sarana belajar dalam suasana spontan, bebas serta berfungsi mengembangkan
potensi dasar ke arah kematangan.
3.2
SARAN
Peranan dan fungsi orang tua sangat
berperan penting dalam mengawasi, menjaga dan menumbuhkembangkan potensi dan
perkembangan kejiwaan anak, dimana hal ini sangat berharga bagi si anak sebagai
pribadi yang sedang dalam proses menuju kematangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar