Tari lenso merupakan salah satu
kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang awalnya di masyarakat
Maluku Tengah. Umumnya secara turun temurun melalui sistim tutur. Pada mulanya tari lenso lebih merupakan Social dance yang
sejalan dengan perkembangannya. Tari Lenso berkembang menjadi tari
pertunjukan yang biasanya ditampilkan pada pembukaan suatu acara maupun
pagelaran.
Tari Lenso berasal dari
kata lenso yang berarti saputangan, sesuai dengan namanya,
tarian ini menggunakan saputangan sebagai media utama dalam tarian. Tari
Lenso merupakan tari pergaulan muda-mudi Maluku. Sebagai tari pergaulan, tari
ini tentunya ditarikan secara berramai-ramai oleh para wanita. Jumlah penarinya
tidak terbatas namun biasanya berjumlah 6 sampai 10 orang.
Kostum yang dikenakan dalam tarian ini
sangat beragam baik model dan warnanya. Umumnya mengenakan rok panjang lebar di
bagian bawahnya dan atasan tangan panjang nampak seperti kebaya. Para penari
nampak manis menggenakan kostum tarian ini belum lagi tatanan rambut yang
disanggul dan disisipi bunga mawar berwarna putih dan merah menjadikan para
penarinya begitu anggun.
Gerakan Tari Lenso tidak terlalu rumit
bahkan terlihat sederhana namun keserhanaan itulah yang menjadikan tarian ini
istimewa karena mudah ditarikan oleh siapa saja. Musik pengiringnya antara lain
tambur minahasa, suling, kolintang (alat musik yang terbuat dari barisan gong
kecil yang bersuara tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada
biasa), tetengkoren, dan momongan. Nada dalam musik pengiring ini ritmenya naik
dan turun memberikan harmonisasi antara gerak dan musik.
Tari Lenso hanya ditarikan kaum wanita saja
dan tidak berpasang-pasangan. Para penari membawa saputangan di kedua tanganya.
Sapu tangan yang digunakan tidak dibatasi satu warna saja, namun warna yang
sering dipakai adalah warna putih dan merah. Penggunaan kedua warna ini mungkin
melambangkan cinta dan kasih sayang.
Ketika para penari mulai menari dan
menggerakkan sapu tangan menggikuti garakan tangan dan gerak badan dalam posisi
berdiri melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang dan posisi sedikit
bertelut sambil menggerakkan badan dan tangan ke kiri dan kanan secara
bergantian. Kemudian, satu persatu pemuda yang menunggu akan bergantian naik ke
atas panggung dan ikut menari bersama para penari begitu seterusnya.
Sebagai tari pergaulan, Tari Lenso sangat
identik dengan kaum muda-mudi selain juga dikenal sebagai tari rakyat Maluku. Tari lenso sering ditampilkan dalam bentuk tari massal
pada peringatan hari besar tertentu antara lain Hari Ulang Tahun Kota Ambon,
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, pernikahan, dan sering dipentaskan untuk menyambut tamu
kehormatan dll.
Menurut kabar tari lenso digemari oleh Bung
Karno. Dahulu beliau sering menari tari lenso bersama-sama muda-mudi Maluku dan
sering meminta tarian ini dipentaskan ketika menyambut tamu negara. Bahkan sang
presiden sering mengajak tamunya untuk menari bersama-sama sebagai tanda suka
cita dan penghormatan tentunya.
Keindahan tarian ini sudah tersohor sampai
ke luar negeri. Pada 2012 lalu, beberapa muda-mudi Indonesia menampilkan tarian
dalam acara Stage MDF di Tokyo Jepang. Jika Anda berkunjung ke Maluku maka
tidak sulit untuk menikmati tarian ini karena hampir di setiap sanggar tari di
Maluku mementaskan memiliki tarian ini. Apabila Anda sedang beruntung menemukan
pesta pernikahan maka tentunya dapat menyaksikan tarian ini. Saat ini hampir di
setiap sekolah dan sanggar tari menjadikan tari lenso karena menjadi salah satu
pilihan tarian yang diajarkan. Hal ini sangat penting mengingat seni tari
rakyat di Indonesia sudah mulai ditinggalkan oleh muda-mudi yang lebih tertarik
dengan tari modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar