Senin, 04 April 2016

Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

 
A.     PENDAHULUAN

Dipaparkan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi strategi pembelajaran menyimak dan berbicara secara terpadu, sekaligus disertai dengan contoh-contoh pelaksanaannya melalui kegiatan berbicara dan dramatisasi kreatif. Disamping itu, akan disajikan strategi keterampilan berbahasa tulis yang komponen-komponennya terdiri atas tujuan yang hendak dicapai adalah agar dapat :
-          Menjelaskan hubungan menyimak dengan berbicara
-          Menjelaskan hakikat strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif.

Ø  Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Lisan

Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa lisan dan keterampilan berbahasa tulis. Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatihkan kepada siswa di sekolah. Cakupan bahasanya meliputi hubungan menyimak dan berbicara, strategi pembelajaran bahasa lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kratif.
Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu bersamaan. Bila ada menyimak pasti ada berbicara.
Ada empat jenis strategi pembelajaran berbahasa lisan,yaitu:
                       ·          Strategi deduktif, dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang diketahui ke prinsip-prinsip yang belum diketahui.
                       ·          Strategi induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang belum diketahui.
                       ·          Strategi ekspositori langsung merupakan strategi yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan informasi terstruktur dan memonitor pemahaman belajar,serta memberikanbalikan.
                       ·          Strategi belajar tuntas merupakan suatu strategi yang memberi kesempatan belajar secara individual sampai pebelajar menuntaskan pelajaran sesuai irama belajar masing-masing.

B.     Hubungan Menyimak dan Berbicara
Menurut Tompkins dan Hoskisson (dalam Aminudin, 1997 :72) disebut sebagai “ Most Mysterious Language Process”. dinyatakan demikian Karena pelajar yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Tompkins dan Hosskison “Listening is more than just hearing” dinyatakan demikia karena hearing “mendengarkan” sebenarnya hanya merupakan bagian dari menyimak. Penentuan demikian sesuai dengan konsepsi bahwa dalam menyimak juga berlangsung kegiatan gagasan dan rekonstruksi makna sesuai dengan tanggapan bunyi ujaraan dan schemata penyimaknya.
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa, menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Dengan berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada kita. Dengan menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Kedua kegiatan ini merupakan proses interaksi antar warga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi lain dengan menggunakan gerak-gerik, isyarat kegiatan ini dinamakan komunikasi nonverbal.
v  Kegiatan menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu, pemilihan bahan pembelajaran menyimak harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Menyimak adalah sebagai berikut :
a)      Strategi menyimak dan berpikir langsung mbl / dlta (direct listening thinking activities)
  • Pra Simak
Persiapan Menyimak :
  1. Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
  2. Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
  3. Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
  4. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
  • Saat Simak
Guru Membaca Nyaring :
  1. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
  2. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
  3. Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
  • Pasca Simak
Refleksi :
  1. Guru mengakhiri pembacaan cerita
  2. selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian.
b)      Strategi pertanyaan jawaban (PJ)
  • Pra Simak
  1. Guru mengemukakan judul bahan simakan
  2. Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
  • Saat Simak
  1. Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
  • Pasca Simak
  1. Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
  2. Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
  3. Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
  4. Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
c)      Strategi kegiatan menyimak secara langsung/kml atau DLA (direct listening activities)
  • Pra Simak
  1. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
  • Saat Simak
  1. Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
  • Pasca Simak
  1. Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
  2. Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.
v  Kegiatan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan dapat dibedakan atas lima golongan :
a.Mendorong/menstimulasi
b.Meyakinkan
c.Menggerakkan
d.Menginformasikan
e.Menghibur

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai, c) pilihan kata, d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c) kesediaan menghargai orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi, penalaran, h) penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).

C.     Strategi pembelajaran Berbahasa Lisan dan penerapannya melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif

Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat sangat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Betapa tidak , karena dengan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Oleh sebab itu, sangatlah beralasan apabila setiap orang, lebih-lebih siswa , dituntut keterampilannya untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif, agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut ini.
1)      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan sisiwa.
2)      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3)      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4)      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
ü  Relevan dengan tujuan pembelajaran.
ü  Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
ü  Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
ü  Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok.
ü  Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.
ü  Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit.
ü  Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD, dapatlah dikemukakan beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut.
1) Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
2) Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
3) Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
4) Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
5) Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6) Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan

Jumat, 01 April 2016

Pengertian,Prinsip dan Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses



 Pendekatan Keterampilan Proses

1. Pengertian Keterampilan Proses

            Keterampilan proses adalah keterampilan memproses informasi yang diwarnai dengan prinsip – prinsip Cara Belajar Siswa Aktif yang secara umum hampir sama dengan pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and Learning/CTL) seperti yang termuat dalam kurikulum 2004 dan 2006. Pendekatan keterampilan proses pada hakekatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelebatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992).
            Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.dengan demikian keberhasilan anak dalam belajar matematika menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahn matematika yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
            Berdasarka uraian tersebut , terlihat bahwa kelebihan dari pendekatan keterampilan proses dan proses pembelajaran antara lain :
1.      Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2.      Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
3.      Melatih siswa untuk lebih berfikir kritis
4.      Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif  dalam pembelajaran.
5.      Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
6.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.

2. Prinsip Pendekatan Keterampilan Proses
Dalam membahas pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip tentang pendekatan tersebut menjadi hal mutlak yang harus dipahami. Hal yang terpenting yaitu bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya produk belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran yang dilakukan juga dirahkan pada bagaimana memperoleh hasil belajar atau bagaimana proses menca[ai tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sejumlah prinsip – prinsip pendekatan keteramilan proses menurut Conny (1992) meliputi :
1.      Kemampuan mengamati
2.      Kemampuan menghitung
3.      Kemampuan mengukur
4.      Kemampuan mengklasifikasikan
5.      Kemampuan menghubungkan
6.      Kemampuan membuat prediksi (ramalan)
7.      Kemampuan melaksanakan penelitian
8.      Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data
9.      Kemampuan menginterpretasikan data
10.  Kemampuan mengkomunikasikan hasil


  • Kemampuan Mengamati

Mengamati merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan ini tidak hanya sekedar melihat tetapi juga dengan memanfaatkan kemampuan panca inderayang mungkin biasa digunakan untuk memperlihatkan hal yang diamati, kemudian mencatat apa yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan , serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.


  • Kemampuan Menghitung

Kemampuan ini sangat penting karena dapat melibatkan semua aktivitas kehidupan siswa dimana saja.


  • Kemampuan Mengukur

Dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan.


  • Kemampuan Mengklasifikasi

Kemampuan ini merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi dan gagasan. Pengelompokan ini berdarsarkan karakteristik atau ciri-ciri yang sam dalam tujuan tertentu, baik dalam kegidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.


  • Kemampuan Menemukan Hubungan


Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh siswa. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang dan waktu. Kesemuanya merupakan variable untuk menentukan hebungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.


  • Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan)

Dalam teori penelitian, kemampuan membuat ramalan disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian tau pengamatan tertentu.


  •  Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan)

percobaan bagi peserta didik, berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah. Ketrampilan percobaan atau eksperimen  merupakan salah satu ketrampilan terintegrasi, artinya membutuhkan ketrampilan-ketrampilan lain dalam pelaksanaannya.


  • Kemampuan Mengumpulkan Dan Menganalisis Data

Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan untuk melaksanakan penelitian. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.


  • Kemampuan Menginterpretasikan Data

Dalam kemampuan ini siswa perlu menginterpretasikan hasil yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk table, diagram, grafik  atau histogram.


  • Kemampuan Mengkomunikasikan Hasil

Dalam kemampuan ini siswa dilatih untuk bagaimana mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada orang lain dalm bentuk laporan penelitian atau juga karangan.

3. Implementasi Keterampilan Proses


 A. Pengorganisasian Kelas
            Pengorganisasian kelas merupakan serangkaian kegiaan yang dilaksanakan guru dalam mengatur kelas. Pendekatan ini menghendaki para gur dapat mengorganisasikan kelas sebaik-baiknya sehingga dapat tercipta suasana kelas yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Kegiaan ini meliputi pengelolaan kelas secara fisik maupun nonfisik.
            Secara fisik antara lain berupa pengaturan ruang kelas yang meliputi empat duduk siswa, leak papan tulis, rak-rak buku, lemari dan media pembelajaran. Sedangkan pengorganisasian kelas yang bersifat nonfisik meliputi pengelolaan suasana kelas yang memungkinkan anak merasa aman, gembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar.
            Suasana ini dapat tercipta, anatara lain dengan cara sebagai berikut :
1)     Komunikasi yang tercipta hendaknya multiarah.
2)     Jam belajar harus dikelolah secara efektif dan efisien
3)     Pengelompokkan siswa hendaknya memperhatikan masalah yang akan dibahas siswa, kemampuan siswa, jenis kelamin siswa, kemudahan hubungan antara siswa, minat siswa, sifat kelompok dan jumlah anggota kelompok.

B. Metode dan Teknik Belajar Mengajar

Dalam pengembangan matematika, metode diartikan sebagai sisem perencanaan perencanaan matematika secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan dan menyajikan materi pelajaran matematiak secara teratur. Sedangkan teknik diartikan sebagai metode aau sistem mengajar sesuatu.
Secara garis besar menurut Sudjana (1989), mengenalkan beberapa teknik penyajian pembelajaran yang sering digunakan adalah :
a)     Ceramah
b)     Diskusi
c)      Resitasi (penugasan)

D. Penilaian
Pada pendekatan keterampilan proses, baik hasil maupun proses perlu dinilai oleh para guru. Penilaian hasil dapat dilakukan dengan bentuk tes yang biasa dilakukan oleh seorang guru seperti, tes pilihan ganda, benar salah, tes dengan jawaban ringkas, penulisan esai, penyelesaian soal, pelaksanaan eksperimen, dan penegerjaan tugas tertentu.