Rabu, 01 April 2015

makalah hakekat belajar



BAB I
PENDAHULUAN


1.1      LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk penjelajah. Sejak bayi dan balita manusia melakukan penjelajah dalam ruang. Dengan kemajuan dan pemanfaatan IPTEK kita tidak lagi menempu jarak yang fisikal melainkan multimedia. Disadari atau tidak manusia memperolah pengalaman dan pengetahuan lebih banyak dikatakan bahwa penjelajah yang dimaksudkan adalah kegiatan yang terkait dengan proses belajar.

1.2      RUMUSAN MASALAH
1.     Apakah  hakikat belajar ?
2.    Apakah belajar merupakan modal dasar pemberdayaan diri?
3.    Apakah bermain sebagai proses kegiatan belajar?

1.3      TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui meteri manusia makhluk pembelajar dan untuk mengeberitahukan kepada pembaca bagaimana menjadi makhluk pembelajar serta memenuhi salah satu tugas yang diberikan.







BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Hakikat Belajar
Bagi makhluk hidup, belajar merupakan proses kegiatan yang sangat bermakna. Belajar tersebut tidak hanya dialami oleh manusia melainkan hewan juga mengalaminya. Namun demikian belajar pada hewan sangat dipengaruhi oleh naluri yang melekat pada mereka, sedangkan pada diri manusia pengaruh tadi direduksi oleh akal pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan. Makna belajar pada diri manusia sangat luas sesuai dengan situasi,kondisi, tentangan dan masalah yang dihadapi.melalui belajar manusia mengalami kematangan.
Suatu proses belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar siswa.Faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar sesungguhnya banyaksekali macamnya, baik yang ada pada diri siswa sebagai pelajar, pada gurusebagai pengajar, metode mengajar, bahan materi pelajaran harus diterima siswa, maupun saranan prasarana.
2.2 Belajar merupakan Modal Dasar Pemberdayaan Diri
Berdasarkan pandangan proses belajar, proses kematangan tidak akan terjadi tanpa proses belajar. Oleh karena itu pada akan menelaah belajar sebagai modal dasar sebagai kematangan. Hal tersebut tentu saja sangat erat kaitannya dengan kajian-kajian psikologi perkembangan.
Dalam buku 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif , manusia berkembang dari tahap ketergantungan ke tahap kemandirian sampai mencapai tahap saling ketergantungan. Sejak lahir seorang individu mulai melakukan kegiatan belajar, prosesnya lebih bersifat spontan,belajar melihat,mengeluarkan suara dan sebagainya.belajar sebagai suatu proses bagi individu tadi sangat bermakna untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Setelah lepas dari masa bayi, maka memasuki masa batita,dan kemudian mengalami masa balita.secara berkesinambungan dan bertahap belajar yang dilakukan individumakin meningkat.
Melalui pembiasaan,keteladanan sifat serta kegiatan yang mendasar yang melekat pada individu belajar pembelajaran yang berkesinambungan.menjadi bagian dari kepribadian individu tersebut.selanjutnya dalam proses pembelajaran orang tua, guru pada umumnya harus memperhatikan potensi dasar. Potensi dasar yang melekat pada diri anak meliputi minat dan perhatian, dorongan ingin tahu, dorongan ingin tahu yang sebenarnya, dorongaan ingin menemukan sendiri sendiri,dorongan bertualang,dorongan menghadapi tantangan,dari dorongan semua jiwa tersebut bermuara pada dorongan untuk menyelediki,meneliti serta mengkaji.
Berkaitan dengan pembawaan dasar ada yang jenius dan keterbelakangan mental yang secara khusus harus mendapat perhatian dalam pembelajaran. Bagi anak yang jenius terjadi loncatan yang harus diperhatikan dan dilayani sehingga tidak menghambat perkembanganya.
Prisip belajar meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
Ø  Dari yang diketahui ke yang belum diketahui
Ø  Dari yang mudah ke yang sukar
Ø  Dari yang dekat ke yang lebih jauh
Ø  Dari yang sederhana ke yang lebih kompleks
Ø  Dari yang sempit ke yang lebar
Ø  Dari yang kecil ke yang besar dll
Secara umum dan normal, prinsip ini menjadi pegangan penididk dalam proses pembelajaran. Namun demikian bagi peserta didik yang tidak normal. Melalui penerapan prisip tersebut diperlakukan sebagai potensi apa adanya , sehingga mereka menjadi senang belajar sesuai dengan kemampuannya. Melalui pendekatan,perencanaan, metode dan strategi yang terarah potensi mereka ditingkatkan sampai batas optimal. Dengan upaya yang demikian itu, belajar sebagai suatu proses sebagai dasar pemberdayaan tiap individu.

2.3 Bermain Sebagai Proses Kegiatan Belajar
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, persepsi orang tua terhadap makna bermain bagi kepentingan perkembangan anak., tidak sesuai dengan tuntutan wajar yang harus dipenuhi. Tidak jarang orang tua yang menganggap bahwa bermain itu hanyalah membuang waktu tidak ada nilainya. Padahal bila dikaji dari kepentingan anak yang sedang mengembangkan potensi dasarnya., bermain tersebut merupakan pengalaman dan proses kegiatan belajar yang mampu membawah mereka kearah kematangan. Individu dalam rentang usia tertentu sebagian waktunya dimanfaatkan untuk bermain, grafiknya makin mendekati usia lanjut,proses kegiatan tersebut menjadi berkurang.
Mengenai bermain ini, terutam bagi individu yang berusia muda harus dipahami oleh orang tua. Sebagai suatu momen yang harus dipahami oleh mereka dalam kegiatan belajar untuk memperoleh pengalaman hidup yang berharga pada pembentukan kepribadi. Seto mulyani mengemukakan bahwa kegiatan apa pun apabila menimbulkan suasana yang menyenangkan dan disukai oleh anak disebut kegiatan bermain. Kunci utama yang mencirikan suatu kegiatan bermain bagi si anak, yaitu adanya kesengan dan disukai oleh yang bersangkutan. Menurut miller , setiap anak memiliki insting untuk bermain yaitu kebutuhan untuk beraktivitas dalam pola tertentu yang sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian dalam kegiatan yang disebut bermain tedapat unsure-unsur kesenagan dan disukai , pemenuhan kebutuhan naluriah yang berkaitan dengan pengembangan potensi anak yang bersangkutan. Dalam suasana bermain si anak memperolah pengalaman baik yang telah berulang-ulang atau yang baru, yang akan menambah, memperkaya, dan mengembangkan pengetahuan sebagai hasil belajarnya. Tindakan yang salah dengan memarahi sampai menghukum si anak dengan alasan yang tertentu dapat menyebebkan jiwanya tertekan,sehingga membunuh kreativitas, keberanian, dan daya fantasi .
Selanjutnya individu balita bermain dengan teman-temannya sebaya dapat belajar mengenal diri sendiri, dia dapat mengetahui apakah dirinya itu baik atu buruk, jujur atau tidak, ramah atau kasar dll. Dalam buku “the look-glass self” , seorang anak terutama balita yang hanya dikurung dalam apalagi dalam suasana yang manja, tidak akan mengenal diri sendiri. Oleh karena itu orang tua harus memberikan keluasan dan mendorong anaknya untuk bergaul dengan teman-teman sebaya sehingga mampu belajar dari lingkungan social untuk mengenal dirinya. Taman kanak-kanak merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar mengenal diri sendiri.
Dalam suasana bermain anak-anak berlari, saling mengejar, naik pohon, meloncat pagar dll,merupakan kesempatan bagi si anak untuk belajar dan melayani perkembangan potensi dirinya.
Berdasarkan begitu bernilainya bermain sebagai proses kegiatan belajar dalam proses menuju kematangan, Chatrine Garvey mengetengahkan 5 karakteristik bermain senagai berikut :
1.     Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak melakukan kegiatan yang mengasikan tersendiri dan menyenangkan.
2.    Bermain didasari motibasi yang muncul dari dalam, si anak melakukan kegiatan tersebut atas kemauannya sendiri, tanpa perintah dan iming-iming dari pihak lain.
3.    Bermain sifatnya spontan dan sukarela bukan merupakan suatu kewajiban, si anak merasa memilih alternative bagi kegiatan bermainnya.
4.    Bermain selalu melibatkan peran aktif si anak, ank benar aktif dalam kegiatan tersebut baik secara fisik maupun mental.
5.    Bermain memiliki hubungan sistematis yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, memecahkan masalah, berbahasa, berteman secara luas dll.
Dengan demikian dari 5 karakter di atas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan belajar dalam suasana yang menyenangkan, spontan,bermotivasi dari dalam dan mengembangkan potensi si anak. Salah satu hal yang perlu ditonjolkan dari bermain denga teman sebaya yaitu belajar bergaul. Dengan pergaulan tersebut berkembang kemampuan-kemapuan dasar kerjasama,membantu orang lain, setia kawan dll. Dalam suasana dan situasi seperti itu anak belajar bermasyarakat, mengembangkan kemampuan social dalam menyadari pentingnya orang lain.











BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai proses dan kegiatan merupakan modal dasar yang menunjukan bahwa manusia sebagai makhluk hidup ,memiliki sifat yang hakiki berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Belajar menjadi modal dasar memberdayakan dalam memenuhi tuntutan menjadi manusia yang sesungguhnya. Dari masa ke masa atau sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri. Mulai dari masa balita dan batita, proses serta kegiatan belajar merupakan fungsi peletakan dasar perilaku individu yang menjadi bagian kepribadiannya pada masa yang akan datang. Dengan begitu bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan bagi si anak dan sekaligus menjadi sarana belajar dalam suasana spontan, bebas serta berfungsi mengembangkan potensi dasar ke arah kematangan.

3.2      SARAN
Peranan dan fungsi orang tua sangat berperan penting dalam mengawasi, menjaga dan menumbuhkembangkan potensi dan perkembangan kejiwaan anak, dimana hal ini sangat berharga bagi si anak sebagai pribadi yang sedang dalam proses menuju kematangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar